Penerapan
konsep perbedaan individu dilihat dari 4 sudut pandang dalam proses pendidikan.
1.
Perbedaan
jenis kelamin dan gender.
Dilihat
dari perbedaan gender karakteristik individu dalam proses pendidikan dapat
dilihat dari perbedaan fisik yaitu sebagian perempuan lebih cepat matang dari
pada laki-laki, tetapi laki-laki lebih kuat dari pada perempuan.dalam perbedaan
fisik ini laki-laki lebih dominan dalam bidang kegiatan fisik. Kemampuan verbal
perempuan cenderung lebih unggul dalam bidang yang berhubungan dengan verbal
dan laki-laki cenderung lebih banyak bermasalah dalam penggunaan bahasa dalam
proses pendidikan. Kemampuan spasial laki-laki lebih unggul dibanding perempuan
dalam kemampuan spasial. Dilihat dari secara keseluruhan dan melalui penelitian
yang dilakukan, bahwa laki-laki lebih unggul dalam bidang matematik dan sains,
sedangkan wanita lebih unggul dalam bidang seni dan musik. Contoh dari
perbedaan gender di dalam sekolah laki-laki lebih unggul dalam mendapatkan
prestasi di bidang olahraga. Sedangkan perempuan lebih unggul dalam bidang
seni, misal juara seni tari. Dari kesimpulan diatas membuktikan bahwa laki-laki
dan perempuan adalah individu yang berbeda dari segi gender tapi dalam
kenyataannya laki-laki dan perempuan masih bisa bersaing secara normal sebagai
seorang siswa di dalam sekolah.
2.
Perbedaan
kemampuan
Dilihat
dari sudut pandang perbedaan kemampuan, kemampuan sering diartikan sebagai
kecerdasan, dan para peneliti mengasumsikan bahwa kecerdasaan adalah kemampuan
dalam belajar. Wechsler mengembangkan perbedaan kecerdasan menggunakan tes IQ
yang dapat dipahami dari skor yang dihasilkan dari tes tersebut. Misal, ukuran
IQ 90-109 digolongkan kedalam IQ menengah/ratra-rata. Sedangkan ukuran IQ 80-89
dikatagorikan dibawah rata-rata. Sedangkan kemampuan 110-119 dikatagorikan di
atas rata-rata. Dan kelompok IQ di atas 140 hanya ada 1% dari populasi manusia.
Dijelaskan bahwa kemampuan IQ diatas 130-140 dikatakan sebagai anak gifted,
merekan memiliki kecerdasaan yang sangat luar biasa tetapi cenerung bermasalah
dalam sosialisasi dengan orang lain. Oleh sebab itu anak gifted lebih sering
terlibat dalam perkara kriminal, dikarenakan mereka secara emosional mereka kurang
matang dan kurang motivasi. Menurut Renzulli (dalam munandar, 1999) anak gifted
memiliki kemampuan umum diatas rata-rata, kreatifitas diatas rata-rata, dan
komitmen terhadap tugas tinggi. IQ dibawah 70 disebut anak terbelakang.
Ciri-cirinya dapat dilihat dari kemampuan verbal mereka yang buruk, lambat
bergerak, perkembangan motorik yang lambat, sensor motoriknya tidak berfungsi
dengan baik. Dari kesimpulan di atas dapat dijelaskan bahwa perbedaan
individual juga dapat dilihat dari perbedaan kemampuan tiap-tiap individu yang
menghasilkan kecerdasan yang berbeda dalam proses pendidikan.
3.
Perbedaan
kepribadian
Kepribadian
adalah pola perilaku dan cara berfikir yang khas yang menentukan penyesuaian
diri seseorang terhadap lingkungan (Atkinson,dkk). Bahwa kepribadian yang
terbentuk dari berbagai macam situasi, kondisi, serta lingkungan yang berbeda
sangat mempengaruhi perbedaan individu dalam bidang pendidikan. Dalam model big
five, orang extroversion memiliki rasa kebersamaan yang tinggi, penuh energi,
serta memiliki emosi yang positif. Mereka cenderung lebih aktif di dalam proses
pendidikan di dalam kelas. Agreebleness, anak tipe ini memiliki sifat pemikiran
yang positif dan mudah bekerja sama dengan orang lain. Kemudian
conscientiousness, an k tipe ini cenderung memiliki konsistensi yang tinggi,
gigih, dan penuh perencanaan. Neoriticism, anak tipe ini memiliki emosi yang
negatif, mereka memiliki interprestasi dalam kondisi yang biasa menjadi kondisi
yang mengancam dan mudah sekali frustasi meski tingkatannya kecil, dan emosinya
cenderung jangka panjang. Sehingga dalam proses belajar mereka mengalami
kesulitan dengan teman yang lainnya. Opennes to experience, anak tipe ini
cenderung lebih suka terhadap seni dan kecantikan, oleh karena itu mereka
memegang keyakinan indiviualistik dan tidak konvensional.
4.
Perbedaan
gaya belajar
Perbedaan
gaya belajar juga mempengaruhi perbedaan individu dalam proses pendidikan.
Contoh tipe anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi cenderung memiliki gaya
belajar yang kurang baik yaitu dengan cara membaca sekilas materi-materi yang
diberikanb oleh guru, tetapi dalam prosesnya mereka masih bisa bersaing dengan
anak-anak yang memiliki gaya belajar yang rajin. Gaya belajar setiap individu
berbeda-beda, dan menurut Horne (2005) terdapat gaya belajar yang berbeda,
yaitu modalitas belajar, siswa dalam gaya belajar ini lebih memilih untuk
melihat, mendengar, menyentuh terhadap apa yang dipelajari, kemudian belajar
dengan otak kiri dan kanan. Siswa yang dominan dalam otak kanan memiliki kelemahan
dalam visual dan non verbal, misal menggambar. Sedangkan siswa yang otak
kirinya lebih dominan mereka lebih baik dalam proses pembelajaran visual.
Lingkungan belajar siswa memilih tempat
/ situasi yang mereka sukai untuk membantu proses pembelajaran. emosi belajar
mempengaruhi stipe belajar siswa. Belajar konkrit dan abstrak, belajar konkrit
memilih proses informasi/langsung mengalaminya, sedangkan belajar abstrak
melalui simbol-simbol. Belajar global dan analitik, belajar global memilih
untuk mengatagorikan secara luas semua informasi, sedangkan analitik mengamati
secara detail.
0 komentar:
Posting Komentar